BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas
utama seorang guru adalah membelajarkan siswa.
Ini berarti bahwa bila guru bertindak
mengajar, maka diharapkan siswa mau untuk belajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar disekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar
dengan baik. Ada siswa belajar dengan giat. Ada siswa berpura-pura belajar. Ada
siswa belajar setengah hati. Bahkan ada pula siswa yang tidak belajar. Guru
bingung menghadapi keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan konselor sekolah.
Kedua petugas pendidikan tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dialami
siswa. Ada masalah yang dapat dipecahkan oleh konselor sekolah, dan adapula
masalah yang harus dikonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa
dalam tugas pembelajaran ternyata ada masalah-masalah belajar yang dialami oleh
siswa. Bahkan guru memahami bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi
sumber timbulnya masalah-masalah dalam belajar. Untuk itu dalam makalah ini
saya mencoba untuk membahas problem pembelajaran dari segi internal dan eksternal agar bisa
mendapatkan suatu pemahaman yang analistis dan holistik.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana
masalah-masalah internal dalam belajar?
2) Bagaimana
faktor-faktor eksternal dalam belajar?
3) Bagaimana menentukan
masalah-masalah dalam belajar?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Masalah-masalah
Internal dalam Belajar
Proses
belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi proses pembelajaran tersebut. Untuk bertindak dalam proses
pembelajaran siswa banyak menghadapi masalah-masalah secara internal.
Diantaranya :
1) Sikap terhadap Belajar
Sikap
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri
sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh
kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut. Sebagai ilustrasi, seorang siswa yang
tidak lulus ujian matematika menolak ikut ulangan dikelas lain. Siswa tersebut
bersikap menolak ulangan karena ujian ulang dikelas lain. Sikap menerima, menolak, atau mengabaikan
suatu kesempatan belajar merupakan urusan pribadi siswa. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian
kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.
Oleh karena itu, ada baiknya siswa mempertimbangkan masak-masak akibat sikap
terhadap belajar.
2) Motivasi Belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau
tiadanya motivasi belajarnya akan melemahkan kegiatan belajar tersebut. Selanjutnya,
mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada
diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar
yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3) Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi dalam proses belajar mengajar, dan memperhitungkan
waktu belajar serta waktu istirahat. Dalam pelajaran klasikal, menurut
Rooijakker, kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia
menyarankan agar guru memberikan waktu istirahat selama beberapa menit. Dengan
waktu istirahat tersebut, maka prestasi belajar siswa akan meningkat kembali.
4) Mengolah bahan
Belajar
Mengolah
bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan
ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar berupa
pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan
mental dan jasmani. Cara pemerolehan ajaran berupa cara-cara belajar sesuatu,
seperti bagaimana menggunakan kamus, daftar logaritma, atau rumus matematika.
Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan
belajar berbagai mata pelajaran. Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut
menjadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. Dari segi guru, pada
tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri,
ataupun laboratory.
5) Rasa Percaya Diri
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Makin sering berhasil menyelesaikan tugas,
maka semakin memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri
semakin kuat. Hal yang sebaliknya dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali
dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa percaya diri sangat kuat,
maka diduga siswa akan takut untuk belajar. Rasa takut belajar tersebut
terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Gejala ini merupakan
masalah pembelajaran diri yang musykil. Ada baiknya guru mendorong keberanian
terus menerus memberikan macam-macam penguat, dan memberikan pengakuan dan
kepercayaan bila siswa telah berhasil.
6) Hambatan dalam
Komunikasi
Hambatan-hambatan
komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar antara lain:
1. Verbalisme, dimana
guru menerangkan pelajaran hanya melalui kata-kata atau secara lisan. Disini
yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih banyak bersifat pasif, dan
komunikasi bersifat satu arah.
2. Perhatian yang
bercabang yaitu perhatian murid tidak terpusat pada informasi yang disampaikan
guru, tetapi bercabang perhatian lainnya.
3. Kekacauan
penafsiran, terjadi disebabkan berbeda daya tangkap murid, sehingga sering
terjadi istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
4. tidak adanya
tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa yang disampaikan
oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan. Disini proses
pemikiran tidak terbentuk sebagaimana mestinya.
5. kurang perhatian,
disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga
penyampaian informasi yang monoton menyebabkan kebosanan murid.
6. keadaan fisik dan
lingkungan yang menganggu, misalnya objek yang terlalu besar atau terlalu
kecil, gerakan yang terlalu cepat atau terlalu lambat dan objek yang terlalu
kompleks serta konsep yang terlalu luas, sehingga menyebabkan tanggapan murid
menjadi mengambang.
7. sikap pasif anak
didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebabkan
kesalahan memilih teknik komunikasi.
B. Masalah-masalah
eksternal dalam belajar
Faktor
eksternal adalah, faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor eksternal
dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. faktor sosial
Faktor sosial dibagi
menjadi beberapa lingkungan, yaitu :
a) lingkungan keluarga
-> Orang tua
Dalam
kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan peringatan dari orang
tua. Apabila anak sedang belajar, jangan di ganggu dengan tugas-tugas rumah.
Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin
membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak disekolah. Apabila
semangat belajar anak lemah, kemudian orang tua memanjakan anaknya, maka ketika
masuk sekolah. Ia akan menjadi siswa yang kurang bertanggungjawab dan takut
menghadapi tantangan kesulitan. Demikian juga orang tua yang mendidik anaknya
terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut tidak supel dalam bergaul
dan mengisolasi diri.
-> Suasana rumah
Hubungan
antar anggota keluarga yang kurang
harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang
menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang
akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar
yang kuat bagi anak.
-> Kemampuan ekonomi
keluarga
Hasil
belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan
keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi
membutuhkan juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta,
bahkan buku bacaan. Sedangkan sebahagian besar, alat-alat pelajaran itu harus
disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan
ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu tiak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi
pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung resiko yang
tidak diharapkan.
-> latar belakang
kebudayaan
Tingkat
pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam
belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik agar
mendorong anak untuk belajar.
b) lingkungan guru
-> interaksi guru
dan murid
Guru
yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses
belajar mengajar kurang lancar. Dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi
(jarak) dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
-> hubungan antar
murid
Guru
yang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana maka tidak akan mengetahui bahwa
di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas
semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus
mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong royong dalam belajar
bersama, agar kondisi belajar individual siswa dapat berlangsung dengan baik.
-> cara penyajian
bahan pelajaran
Guru
yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi
bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah
guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam
meningkatkan kondisi belajar siswa.
c) lingkungan
masyarakat
-> teman bergaul
Pergaulan
dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian
sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai
mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena
perilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular pada anak lain.
-> pola hidup
lingkungan
Pola
tetangga yang berada di sekitar rumah dimana anak itu berada, punya pengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada dikondisi
masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya,
akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami
kesulitan ketika memerluka teman belajar atau berdiskusi atau meminjam
alat-alat belajar.
-> kegiatan dalam
masyarakat
Kegiatan
dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olahraga, dan lain
sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan
menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan
anak-anaknya.
-> mass media
Mass
media adalah, sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar. Misalnya,
bioskop, radio, tv, membaca novel, majalah yang tidak dipertanggungjawabkan
dari segi pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa tugas belajarnya maka dari
itu, buku bacaan, video kaset, dan mass media lainnya perlu diadakan pengawasan
yang ketat dan diseleksi dengan teliti.
2. Faktor non sosial
Faktor
non sosial dapat dibedakan menjadi :
a) Sarana dan prasarana
sekolah
-> Kurikulum
Sistem
instruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang
dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka,guru perlu mendalami dengan baik dan
harus mempunyai perencanaan yang mendatile, agar dapat melayani anak belajar secara individual.
-> Media pendidikan
Dapat
berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet
dan lain sebagainya.
-> Sarana belajar
Sarana
yang terdapat disekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa.
3. Menentukan
masalah-masalah dalam belajar
Yang
dimaksud dengan proses menentukan adalah proses pemeriksaan terhadap suatu
gejala yang tidak beres. Menentukan masalah belajar dilakukan jika guru
menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
Menentukan masalah
belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah:
a). Menentukan adanya
masalah belajar.
Untuk
menentukan masalah belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus, sebab
kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin
luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar, akan semakin
terampil guru melakukan penentuan masalah belajar. Gejala-gejala munculnya
masalah belajar dapat diamati dalam berbagai macam bentuk, biasanya muncul
dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil belajar.
Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti suka menganggu
teman, merusak alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung,
menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
b). Menelaah/menetapkan
status siswa
penelaahaan dan
penetapan status murid dilakukan dengan cara :
-> menetapkan tujuan
khusus yang diharapkan oleh murid
-> menetapkan
tingkat ketercapaiaan tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan
alat penilaian yang tepat.
-> menetapkan pola
pencapaiaan murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang di tetapkan
itu.
c). Memperkirakan sebab
terjadinya masalah belajar
Membuat
perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus di ingat
dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar :
-> gejala yang sama
dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
-> sebab yang sama
dapat menimbulkan gejala yang berbeda
-> berbagai penyebab
dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Proses
belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi proses pembelajaran tersebut. Untuk bertindak dalam proses
pembelajaran siswa banyak menghadapi masalah-masalah secara internal. Diantaranya,
sikap terhadap belajar, motivasi belajar, kosentrasi belajar, mengolah bahan
belajar, rasa percaya diri, hambatan dalam komunikasi (verbalisme, perhatian
yang bercabang, kekacauan penafsiran, tidak adanya tanggapan, kurang perhatian,
keadaan fisik dan lingkungan yang
menganggu, sikap pasif anak didik). Faktor eksternal adalah, faktor yang timbul
dari luar diri siswa. Faktor eksternal dibagi menjadi dua macam yaitu, faktor
sosial (lingkungan keluarga) terdiri atas, orang tua, suasana rumah, kemampuan
ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan. (lingkungan guru) terdiri atas, interaksi
guru dan murid, hubungan antar murid, cara penyajian bahan pelajaran.
(lingkungan masyarakat) terdiri di atas, teman bergaul, pola hidup lingkungan,
kegiatan dalam masyarakat, mass media. Faktor non sosial, faktor non sosial
dapat dibedakan menjadi (sarana dan prasarana sekolah) terdiri atas kurikulum,
media pendidikan, dan sarana belajar.
Untuk
menentukan masalah belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus, sebab
kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif.
Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar, akan
semakin terampil guru melakukan penentuan masalah belajar. Gejala-gejala
munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai macam bentuk, biasanya
muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil
belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti
suka menganggu teman, merusak alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian,
sering termenung, menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
Menelaah/menetapkan status siswa penelaahaan dan penetapan status murid
dilakukan dengan cara : menetapkan tujuan khusus yang diharapkan oleh murid, menetapkan tingkat ketercapaiaan tujuan khusus
oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat. Menetapkan
pola pencapaiaan murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang di
tetapkan itu. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar. Membuat perkiraan
yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus di ingat dalam
memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar : gejala yang sama dapat
ditimbulkan oleh sebab yang berbeda, sebab yang sama dapat menimbulkan gejala
yang berbeda, berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan
gejala masalah yang makin kompleks.
DAFTAR
PUSTAKA
Usman, Basyyiruddin-Asnawir, Media Pendidikan, Jakarta : Ciputat Pers, Juni 2002.
Wijaya, Cece. Upaya
Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung : Remadja Karya CV, 1988.
Http:// www. Cuilakorai.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment