PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di dalam ajaran Islam, dikenal adanya dosa besar dan dosa kecil.Namun
tidak didapati rincian dalam al-Qur'an dan Hadis, dua sumber agama Islam,
tentang kesalahan apa saja yang dikategorikan dosa besar dan dosa kecil.Dalam
al-Qur'an, misalnya surat al-Nisa' ayat 37, dan surat al-Najm ayat 32, disebut
kata kaba'ir dan kaba'ir al-ism. Menurut Muhammad Fuad Abd al-Baqi, hanya 3
ayat dalam al-Qur'an yang mengandung kata kaba'ir atau kaba'ir al-ism.Dalam
ayat-ayat itu, yang disebut kaba'ir tidak jelas. Kata kaba'ir atau kaba'ir
al-ism, yang biasanya diterjemahkan dengan dosa besar dan muncul dalam
al-Qur'an sebanyak 3 kali itu, semuanya tidak menyebut kesalahan apa saja yang
disebut dosa besar
Sikap kerja keras amat penting dimiliki oleh setiap muslimin dan
muslimat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mengabdikan diri
Allah swt.Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang mulia, yang
akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah
SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa bekerja
merupakan sehuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah. Orang yang bekerja
akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah.
B. Rumusan
Masalah
Ø
Bagaimana
Macam-macam dosa ?
Ø
Bagaimana
Pekerjaan yang baik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam
Dosa
Dosa Besar yaitu dosa yang disertai ancaman hukuman di dunia, atau ancaman
hukuman di akhirat. Abu Tholib Al-Makki berkata: Dosa besar itu ada 17 macam.
Ø 4
macam di hati, yaitu: Syirik, Terus menerus berbuat maksiat, Putus asa, Merasa aman dari siksa Allah.
Ø 4
macam pada lisan, yaitu: Kesaksian palsu, Menuduh berbuat zina pada wanita
baik-baik, Sumpah palsu, mengamalkan sihir.
Ø 3
macam di perut yaitu: Minum Khamer, memakan harta anak yatim, memakan riba.
Ø 2
macam di kemaluan yaitu: zina, Homo seksual.
Ø 2
macam di tangan yaitu: membunuh, mencuri.
Ø 1
di kaki, yaitu lari dalam peperangan.
Ø 1
di seluruh badan, yaitu durhaka terhadap orang tua.
Dosa kecil.Yaitu dosa-dosa yang tidak tersebut diatas.Dosa
kecil yang menjadi besar yaitu:
- Dilakukan terus menerus. Rasulullah bersabda: tidak ada dosa kecil apabila dilakukan dengan terus menerus dan tidak ada dosa besar apabila disertai dengan istighfar. Allah juga berfirman: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran [3]: 135)
- Menganggap remeh akan dosa. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang mu’min dalam melihat dosanya, bagaikan seorang yang berada di puncak gunung, yang selalu khawatir tergelincir jatuh. Adapun orang fasik dalam melihat dosanya, bagaikan seseorang yang dihinggapi lalat dihidungnya, maka dia usir begitu saja.” (HR. Bukhori Muslim)
- Bergembira dengan dosanya. Allah berfirman: “Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) nerakaJahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk buruknya.” (QS. Al Baqarah [2]: 206)
- Merasa aman dari makar Allah. Allah berfirman: “Apakah tiada kamu perhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: “Mengapa Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?” Cukuplah bagi mereka neraka Jahannam yang akan mereka masuki. Dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al Mujadilah [58]: 7)
- Terang-terangan dalam berbuat maksiat. Rasulullah bersabda: “Semua ummatku akan diampunkan dosanya kecuali orang yang mujaharah (terang-terangan dalam berbuat dosa) dan yang termasuk mujaharah adalah: Seorang yang melakukan perbuatan dosa di malam hari, kemudian hingga pagi hari Allah telah menutupi dosa tersebut, kemudian dia berkata: wahai fulan semalam saya berbuat ini dan berbuat itu. Padahal Allah telah menutupi dosa tersebut semalaman, tapi di pagi hari dia buka tutup Allah tersebut.” (HR. Bukhori Muslim)
- Yang melakukan perbuatan dosa itu adalah seorang yang menjadi teladan. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang memberi contoh di dalam Islam dengan contoh yang jelek, dia akan mendapat dosanya dan dosa orang yang mengikutinya setelah dia tanpa dikurangi dosa tersebut sedikitpun.” (HR. Muslim).
1.
Tujuh Macam Dosa Besar
Rasulullah Saw. bersabda :
اِجْتَنِبُواالسَّبْعَ الْمُوْ
بِقَاتِ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ حَرَّمَ
اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ
وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْ فَ الْمُحْصَنَا تِ الْغَا فِلاَ تِ
الْمُؤْ مِنَا تِ. ﴿ رواه البخار ى و مسلم. ﴾
Artinya
:
Jauhilah
tujuh macam dosa yang bertingkat - tingkat (besar), diantaranya ialah
1.
Mempersekutukan Allah
2. Sihir
3. Membunuh
diri yang diharamkan Allah kecuali dengan hak
4. Makan
harta riba
5. Makan
harta anak yatim
6. Lari
dari peperangan
7.
Menuduh wanita yang berimana yang
tidah tahu menahu dengna perbuatan buruk dengan apa yang difitnakan kepadanya. (HR Bukhari dan Muslim).
Seorang ulama’ Ahlul Bait Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad
Shadiq merinci dasa-dosa besar sebagai berikut:
a. Pertama
syirik
kepada Allah swt. Tentang hal ini Allah swt berfirman, yang artinya :
“Sesungguhnya, A/lah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dike hendaki-Nya”(an Nisaa’:4S).
“… Sesungguhnya, orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga (al-Maa’idah:72)”.
b.
Keduaadalah berputus asa dari
mendapatkan rahmat Allah swt. Allah swt berfirman mengenai hal ini:
“… Sesungguhnya, tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.‘ (Yusuf: 87)”.
c.
Ketigaadalah merasa aman dari ancaman Allah
swr. Allah swt berfirman tentang hal ini,
“… Tiadalah yang merasa aman dari
azab A/lah kecua/i orang-orang yang merugi.‘(al-A’raaf: 99)”.
d.
Keempat adalah berbuat durhaka kepada kedua
orang tua. Karena,Allah swr menyifati orang yang berbuat durhaka kepada kedua
orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy ‘orang yang sombong lagi
celaka’. Tentang hal ini Allah swt berfirrnan.
“‘Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia
tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. ‘(Maryam: 32)”.
e.
Kelimaadalah membunuh. Tentang hal ini
Allah swt berfirman,
“‘Dan, barangsiapa yang membunuh
seorang mukmin dengan sengaja,maka balasannya ialah jahannam, kekal ia di
dalamnya……..
‘(an-Nisaa’: 93)”.
f.
Keenamadalah menuduh wanita baik-baik
berbuat zina. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“‘Sesunggubnya, orang-orangyang
menudub wanita-wanita yang baik-baik, yang lengab lagi beriman (berbuat zina),
mereka kena laknat di dunia dan akbirat, dan bagi mereka azab yang besar.’(an-Nuur: 23)
g.
Ketujuh adalah memakan riba. Tentang hal ini
Allah SWT berfirman,
“Orang-orangyang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
setan lantaran (tekanan) penyakit gila ‘(al-Baqarah: 275)”
h.
Kedelapanadalah lari dari medan pertempuran.
Maksudnya, saat kaum muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum muslimin
maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seorang muslim
yang melarikan diri dari pertempuran itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“Barangsiapa yang membelakangi
mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau
bendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesunggubnya orang itu
kembali dengan membawa kemurkaan dari Allab, dan tempatnya ialah neraka
jabannam.Dan, amat buruklab tempat kembalinya.‘(al-Anfaal: 16)”
i.
Kesembilanadalah memakan harta anak yatim.
Tentang hal ini Allah SWT berfirman,
“Sesunggubnya, orang-orangyang
memakan barta anakyatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenub
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). ‘(an-Nisaa ‘: 10)”,
j.
Kesepuluhadalah berbuat zina. Tentang hal ini
Allah SWT berfirman,
“Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosanya, (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada
bari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu… ‘(al-Furqaan: 68-69)”.
Tentang menyembunyikan persaksian,
adalah seperti difirmannkan oleh Allah SWT.,
“Dan janganlab kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan, barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesunggubnya
ia adalab orang yang berdosa batinya‘. (al-Baqarah: 283)”.
k. Kesebelasadalah sumpah palsu, yaitu jika
seseorang bersumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan, namun ternyata ia tidak
melakukan perbuatan itu. Atau, ia bersumpah tidak akan me1akukan sesuatu
perbuatan, namun nyatanya ia kemudian me1akukan perbuatan itu. Tentang ha.l ini
Allah SWT berfirman.
l.
“Sesungguhnya, orang-orang yang
menukar janji( nya ckngan) Allah dan sumpah-sumpah mereka ckngan harga yang
sedikit, mereka itu tidak rnendapat bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak
akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada han
kiamat dan tidak (pula) akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yangpedih. “(Ali Imran: 77)”.
l.
Kedua belas adalah berbuat khianat (curang)
atas harta rampasan perang. Tentang hal ini Allah SWT berfirman.
“Barangsiapa
yang berkhianat (curang) clalam urusan rampasan perang itu, maka pada han
kiamat ia akan clatang membawa apa yang dikhianatkannya itu ‘(Ali Imran: 161)”.
m. Ketigabelas adalah meminum khamar (minuman
keras). Tentang hal ini Allah SWT berfirman.
“Sesungguhnya
(meminum) khamar, ber1judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan Maka,jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (al-Maa ‘idah: 90)”.
n. Keempat
belas
adalah meninggalkan shalat. Tentang hal ini Allah SWT berfirman.
“
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?’ Mereka menjawab, ‘Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (alMuddatstsir: 42-43).
o. Kelima
belasadalah
melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi. Karena, tali silaturahmi
adalah salah satu ikatan yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disambung.
Tentang hal iniAllah SWT berfirman,
“(Yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkanAllah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
dan membuat kerusakan di muka bumi.Mereka itulah orang-orang yang rugi.‘(al-Baqarah: 27)”
Dengan demikian, semua perbuatan dosa tadi adalah bagian
dari dosa besar, sesuai dengan keterangan nash Al-Qur’an. Dan, masing-masing
dosa besar tadi mengandung hikmah, seperti yang diungkapkan oleh Ja’far Shadiq
Saat ia ditanya oleh Ibnu Ubaid tentang apa itu dosa besar, Ja’farShadiq dengan
percaya diri menjawabnya dengan urutan seperti tadi. Penyebutan urutan tadi pun
diungkapkannya dengan tanpa perlu berpikir lama, yang menunjukkan bahwa masa1ah
ini te1ah tertanam dalam otaknya, apalagi jika disadari bahwa ayat-ayat itu terdapat
secara acak dalam pelbagai surah dalam A Qur’an.Sehingga, untukmenyebutkannya
ia harus mengutip dan mengtip dan mengumpulkannya dari sana-sini. Hal ini juga
menunjukkan bahwa ia benar-benar te1ah mendalami rahasia srahasia kandungan Al-Qur’
an.
2. Jalan Menuju Taubat
1. Mengetahui
hakikat taubat. Hakikat taubat adalah: Menyesal, meninggalkan kemaksiatan
tersebut dan berazam untuk tidak mengulanginya lagi. Sahal bin Abdillah
berkata: “Tanda-tanda orang yang bertaubat adalah: Dosanya telah menyibukkan
dia dari makan dan minum-nya. Seperti kisah tiga sahabat yang tertinggal
perang”.
2. Merasakan
akibat dosa yang dilakukan. Ulama salaf berkata: “Sungguh ketika saya maksiat
pada Allah, saya bisa melihat akibat dari maksiat saya itu pada kuda dan istri
saya.”
3. Menghindar
dari lingkungan yang jelek. Seperti dalam kisah seorang yang membunuh 100
orang. Gurunya berkata: “Pergilah ke negeri sana … sesungguhnya disana ada
orang-orang yang menyembah Allah dengan baik, maka sembahlah Allah disana
bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke negerimu, karena negerimu adalah
negeri yang jelek.”
4. Membaca
Al-Qur’an dan mentadabburinya.
5. Berdo’a.
Allah berfirman mengkisahkan Nabi Ibrahim: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami
berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak
cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami
cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Al
Maraghi berkata: “Yang dimaksud ”terimalah taubat kami” adalah: Bantulah kami
untuk bertaubat agar kami bisa bertaubat dan kembali kepada-Mu.”
6. Mengetahui
keagungan Allah yang Maha Pencipta. Para ulama salaf berkata: “Janganlah engkau
melihat akan kecilnya maksiat, tapi lihatlah keagungan yang engkau durhakai.
7. Mengingat
mati dan kejadiannya yang tiba-tiba.
8. Mempelajari
ayat-ayat dan hadis-hadis yang menakuti orang-orang yang berdosa.
9. Membaca
sejarah orang-orang yang bertaubat.
B.
Pekerjaan
yang baik
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang
mulia, yang akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik
di mata Allah SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan
bahwa hidupnya melarat penuh kemiskinan.
Islam mendidik umatnya untuk memiliki sikap kerja keras,
pandai-pandai memanfaatkan waktu dan tidak bermalas-malasan. Dalil-dalil yang
mendorong manusia agar memiliki sikap kerja keras antara lain sebagai berikut:
ﻔﺎﺬﺍﻔﺭﻏﺕﻔﺎﻨﺻﺏۙ (ﺍﻼﻨﺷﺭﺍﺡ۹٤׃٧﴾
Artinya: Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (Q.S. Insyiroh/94: 7).
ﻔﺈﺫﺍﻘﺿﯾﺕﺍﺼﻟﻮﺍﺓﻔﺍﻨﺗﺷﺭﻮﺍﻔﻰﺍﻻﺭﺾﻮﺍﺒﺗﻐﻭﺍﻤﻥﻔﺿﻝﺍﷲﻮﺍﺬﻜﺭﻮﺍﺍﷲﻜﺛﻳﺭﺍﻠﻌﻟﻛﻡﺘﻓﻟﺣﻭﻦ(,,,,
﴿ﺍﻠﺟﻣﻌﺔ׃٢٦׃١٠﴾
Artinya:
Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu
dibumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak – banyak agar kamu beruntung.
(Q.S. Al – Jumuah:62:10).
Q.S. Al – Insyirah ayat 7 diatas secara tegasmenyuruh kita
agar pandai – pandai memanfaatkan waktu, tidak membuang waktu secara sia –
sia.Adapaun Q.S. Al – Jumu’ah ayat 10 secara tegas pula mengingatkan kita agar
segera bekerja setelah menunaikan shalat jum’at. Dengan demikian, bekerja dan
beribadah sama – sama diwajibkan atas kita semua.
Dasar anjuran atau seruan untuk bekerja keras ada juga
terdapat didlam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhory dan Muslim.
ﻷﻦﻴﺄﺨﺫﺍﺤﺩﻜﻡﺤﺑﻟﻪﺜﻡﱠﻴﻐﺩﻮﺍﻠﻰﺍﻠﺠﺑﻝﻔﻳﺄﺘﻲﺒﺧﺯﻤﺔﺤﻁﺏﻔﻳﺑﻳﻌﻬﺎﻔﻳﻛﻑﺍﷲﺒﻬﺎﻮﺟﻬﻪﺨﻳﺭﻠﻪﻤﻥﺍﻦﻴﺳﺄﻞ
ﺍﻠﻧﺎﺲﺍﻋﻁﻭﻩﺍﻮﻤﻧﻌﻭﻩ﴿ﺮﻮﺍﺍﻩﺍﻠﺑﺧﺎﺮﻯﻮﻤﺳﻟﻡ﴾
Artinya:
“Demi,
jika seseorang diantara kamu membawa tali dan pergi ke bukituntuk mencari kayu
bakar, kemudian dipikul kepasar untuk dijual, dengan bekerja itu Allah
mencukupi kebutuhanmu itu lebih baik dari pada ia meminta – minta kepada orang
lain.(H.R. Bukhari dan Muslim).
Keterangan:
Perbuatan
yang halal tetapi tercela ialah meminta-minta kepada orang lain. Bekerja dengan
memeras keringat, meskipun nampaknya pekerjaan itu hina serta hasilnya itu
sedikit, lebih baik dari pada meminta-minta.Meskipun hasil meminta-minta itu jauh
lebih banyak dari hasil kerja sendiri.
Rahasianya
kita dituntut untuk bekerja keras diantaranya ialah bahwa dengan bekerja keras
lebih nikmat didalam mengenyam hasil kerjanya. Disamping itu berarti ia dapat
menjaga harga diri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Oleh
karena itu, jika dosa-dosa kecil dilakukan berulang-ulang, secara sembrono
(serampangan), dan dikerjakan dengan terang-terangan, maka akan terangkum
menjadi suatu dosa besar. Seorang ulama menerangkan pengaruh-pengaruh dosa
kecil dan dosa besar dengan contoh berikut ini.Ia mengibaratkan dengan
perbandingan sengatan kalajengking kecil dengan kalajengking besar. Juga ibarat
rasa panas terbakar api kecil dibanding dengan terbakar api yang besar.
Semuanya terasa sangat sakit, namun akibat yang ditimbulkan oleh yang besar
menyisakan luka yang lebih parah. Begitu juga, kedua jenis dosa itu sama
berbahayanya, akan tetapi kerusakan yang diderita akibat dosa besar lebih parah
daripada dosa kecil.
Islam mendidik umatnya untuk
memiliki sikap kerja keras, pandai-pandai memanfaatkan waktu dan tidak
bermalas-malasan. Dalil-dalil yang mendorong manusia agar memiliki sikap kerja
keras antara lain sebagai berikut:
ﻔﺎﺬﺍﻔﺭﻏﺕﻔﺎﻨﺻﺏۙ (ﺍﻼﻨﺷﺭﺍﺡ۹٤׃٧﴾
Artinya: Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (Q.S. Insyiroh/94: 7).
Bekerja dengan memeras keringat, meskipun nampaknya
pekerjaan itu hina serta hasilnya itu sedikit, lebih baik dari pada
meminta-minta.Meskipun hasil meminta-minta itu jauh lebih banyak dari hasil
kerja sendiri.Rahasianya kita dituntut untuk bekerja keras diantaranya ialah
bahwa dengan bekerja keras lebih nikmat didalam mengenyam hasil kerjanya.
Disamping itu berarti ia dapat menjaga harga diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad
Mustafa imarah, saripati hadist
Al-bukhari, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar), 2002.
Ghoffar
Abdul, EM, saripati hadist Al-bukhari, (Jakarta:pustaka
Al-kausar), 2002.
Qardhawi
Yusuf, Sunnah Rasul Sumber Ilmu
pengetahuan dan Peradaban, (Jakarta:Gema Insani Press), 1998.
http://makalah85.blogspot.com/2009/01/macam-macam_dosa.html
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/pekerjaan-yang-baik.html
0 comments:
Post a Comment