Powered by Blogger.

METODE MENDIDIK ANAK



METODE MENDIDIK ANAK 

Ada beberapa proses yang mendukung proses pendidikan anak, metode yang layak untuk kita perhatikan dan kita jalankan bersama sang buah hati, di antaranya sebagai berikut:
·         Memilih istri yang shalihah: Istri adalah ibu dari anak-anak, mereka akan tumbuh mengikuti akhlak dan tabiatnya. Lebih jauh lagi, istri memiliki pengaruh atas suami itu sendiri, karena itulah dikatakan: “Seorang  pria tergantung agama istrinya karena cinta membuatnya mengikutinya. Cinta memaksanya untuk menjadi serasi dengannya, sehingga dia tidak menemukan jalan lain untuk menyelisihinya, dan tiada pula menemukan jalan untuk membantah ataupun merasa beban berat.” (Adab Ad-Dunya Wa Ad-Diin, hal.129). Abul Aswad Ad-Du’ali berkata kepada anak-anaknya: “Aku telah berbuat baik terbaik untuk kalian pada masa kalian masih kecil dan masa dewasa kalian, begitu pula ketika kalian belum lahir.” Anak-anaknya berkata: “Bagaimana ayah berbuat yang terbaik untuk kami ketika kami belum lahir?” Dia menjawab: “Aku memilihkan kalian seorang ibu yang tidak akan pernah kalian cela.” (Adb Ad-Dunya Wa Ad-Diin, hal.132)
·           Memohon kepada Allah anak keturunan yang shalih. Sebagaimana yang difirmankan Allah tentang Nabi Zakaria ‘alaihissalam :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (Quran Surah Ali Imran: 38)
·           Bergembira menyambut lahirnya anak dan jangan sampai merasa jengkel kepada mereka. Karena anak-anak adalah karunia dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka sudah selayaknya seorang muslim bergembira menerima apa yang dianugerahkan kepadanya. Diharamkan bagi seorang muslim merasa jengkel dengan lahirnya anak perempuan dan bersedih atas kehadirannya serta apa-apa yang tak jauh perbuatan semacam itu. Memiliki anak perempuan merupakan suatu keutamaan sebagaimana sabda Rasulullah:
“Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi pelindung baginya dari api neraka.” (Al-Bukhari 1418)

·           Memohon pertolongan kepada Allah dalam mendidik mereka. Jika Allah membantu seorang hamba mendidik anak-anaknya, menguatkannya, dan memberinya taufik. Namun jika dia tidak bersungguh-sungguh dan hanya mengandalkan dirinya sendiri maka dia akan gagal dan merugi, dan amal perbuatannya akan menjadi petaka atas dirinya.
·           Mendoakan kebaikan untuk anak-anak dan menghindari keburukan atas mereka. Jika mereka shalih, hendaklah mereka didoakan agar tetap kokoh dan bertambah shalih. Namun, jika mereka tidak shalih, maka hendaklah didoakan agar mendapat hidayah dan pertolongan. Hendaklah menghindari mendoakan keburukan untuk mereka karena jika mereka menyimpang maka orang tualah yang pertama kali dipersalahkan.
·           Menamai mereka dengan nama-nama baik. Ibnul Qayyim berkata: “Anda akan jarang sekali menemukan nama buruk melainkan nama tersebut melekat pada orang yang buruk pula, sebagaimana dikatakan: ‘Jarang matamu melihat pemilik sebuah julukan kecuali kepribadiannya jika engkau pikirkan sesuai julukan.’” Adapun nama-nama asing yang ditelurkan oleh umat-umat kafir tertolak secara bahasa dan syara’,diantaranya: Indira, Jacklyn, Diana, Suzana, Fali, Viktoria, Gloria, Lara, Linda, Maya, Minolia, Heydi, dan Yara. Dan nama-nama asing yang berasal dari Persia,Turki, atau Barbar: Mirfat, Judit, Haqqi, Fawzi, Syirhan, Sherina, dan Nifin. Dan nama-nama yang tak berguna dan tak berarti: Zozo, Fifi, dan Mimi.
·           Memberi kunyah yang bagus ketika masih kecil. Misalnya seorang anak diberi kunyah Abu Abdillah, Abu Ahmad, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar mereka telah memiliki julukan yang bagus sebelum julukan buruk lainnya melekat pada diri mereka.
·           Menanamkan aqidah dan iman yang benar dalam diri mereka. Contohnya: seorang ayah mengajari anaknya  semenjak kecil untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan meletakkannya di atas pundak mereka. Dan menanamkan dalam diri mereka rasa cinta kepada Allah dan menanamkan bahwa satu nikmat yang kita miliki hanya berasal dari-Nya. Hendaknya pula diajarkan sejak dini bahwa Allah berada di atas langit dan diajarkan untuk membaca buku-buku aqidah yang sesuai bagi umur mereka.
·           Menumbuhkan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang mulia dalam diri anak-anak. Hendaklah orang tua berusaha bersungguh-sungguh mendidik anak-anaknya dengan ketakwaan, kelemahlembutan, kejujuran, sifat amanah, menjaga diri dari segala yang haram, kesabaran, berbuat baik, menyambung silaturahim, jihad dan ilmu.
·           Menjauhkan mereka dari akhlak yang rendah dan menanamkan rasa benci dalam diri mereka atasnya. 



METODE MENDIDIK ANAK 

Ada beberapa proses yang mendukung proses pendidikan anak, metode yang layak untuk kita perhatikan dan kita jalankan bersama sang buah hati, di antaranya sebagai berikut:
·         Memilih istri yang shalihah: Istri adalah ibu dari anak-anak, mereka akan tumbuh mengikuti akhlak dan tabiatnya. Lebih jauh lagi, istri memiliki pengaruh atas suami itu sendiri, karena itulah dikatakan: “Seorang  pria tergantung agama istrinya karena cinta membuatnya mengikutinya. Cinta memaksanya untuk menjadi serasi dengannya, sehingga dia tidak menemukan jalan lain untuk menyelisihinya, dan tiada pula menemukan jalan untuk membantah ataupun merasa beban berat.” (Adab Ad-Dunya Wa Ad-Diin, hal.129). Abul Aswad Ad-Du’ali berkata kepada anak-anaknya: “Aku telah berbuat baik terbaik untuk kalian pada masa kalian masih kecil dan masa dewasa kalian, begitu pula ketika kalian belum lahir.” Anak-anaknya berkata: “Bagaimana ayah berbuat yang terbaik untuk kami ketika kami belum lahir?” Dia menjawab: “Aku memilihkan kalian seorang ibu yang tidak akan pernah kalian cela.” (Adb Ad-Dunya Wa Ad-Diin, hal.132)
·           Memohon kepada Allah anak keturunan yang shalih. Sebagaimana yang difirmankan Allah tentang Nabi Zakaria ‘alaihissalam :
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (Quran Surah Ali Imran: 38)
·           Bergembira menyambut lahirnya anak dan jangan sampai merasa jengkel kepada mereka. Karena anak-anak adalah karunia dari Allah ‘Azza wa Jalla, maka sudah selayaknya seorang muslim bergembira menerima apa yang dianugerahkan kepadanya. Diharamkan bagi seorang muslim merasa jengkel dengan lahirnya anak perempuan dan bersedih atas kehadirannya serta apa-apa yang tak jauh perbuatan semacam itu. Memiliki anak perempuan merupakan suatu keutamaan sebagaimana sabda Rasulullah:
“Barang siapa yang diuji dengan anak-anak perempuan kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi pelindung baginya dari api neraka.” (Al-Bukhari 1418)

·           Memohon pertolongan kepada Allah dalam mendidik mereka. Jika Allah membantu seorang hamba mendidik anak-anaknya, menguatkannya, dan memberinya taufik. Namun jika dia tidak bersungguh-sungguh dan hanya mengandalkan dirinya sendiri maka dia akan gagal dan merugi, dan amal perbuatannya akan menjadi petaka atas dirinya.
·           Mendoakan kebaikan untuk anak-anak dan menghindari keburukan atas mereka. Jika mereka shalih, hendaklah mereka didoakan agar tetap kokoh dan bertambah shalih. Namun, jika mereka tidak shalih, maka hendaklah didoakan agar mendapat hidayah dan pertolongan. Hendaklah menghindari mendoakan keburukan untuk mereka karena jika mereka menyimpang maka orang tualah yang pertama kali dipersalahkan.
·           Menamai mereka dengan nama-nama baik. Ibnul Qayyim berkata: “Anda akan jarang sekali menemukan nama buruk melainkan nama tersebut melekat pada orang yang buruk pula, sebagaimana dikatakan: ‘Jarang matamu melihat pemilik sebuah julukan kecuali kepribadiannya jika engkau pikirkan sesuai julukan.’” Adapun nama-nama asing yang ditelurkan oleh umat-umat kafir tertolak secara bahasa dan syara’,diantaranya: Indira, Jacklyn, Diana, Suzana, Fali, Viktoria, Gloria, Lara, Linda, Maya, Minolia, Heydi, dan Yara. Dan nama-nama asing yang berasal dari Persia,Turki, atau Barbar: Mirfat, Judit, Haqqi, Fawzi, Syirhan, Sherina, dan Nifin. Dan nama-nama yang tak berguna dan tak berarti: Zozo, Fifi, dan Mimi.
·           Memberi kunyah yang bagus ketika masih kecil. Misalnya seorang anak diberi kunyah Abu Abdillah, Abu Ahmad, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar mereka telah memiliki julukan yang bagus sebelum julukan buruk lainnya melekat pada diri mereka.
·           Menanamkan aqidah dan iman yang benar dalam diri mereka. Contohnya: seorang ayah mengajari anaknya  semenjak kecil untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan meletakkannya di atas pundak mereka. Dan menanamkan dalam diri mereka rasa cinta kepada Allah dan menanamkan bahwa satu nikmat yang kita miliki hanya berasal dari-Nya. Hendaknya pula diajarkan sejak dini bahwa Allah berada di atas langit dan diajarkan untuk membaca buku-buku aqidah yang sesuai bagi umur mereka.
·           Menumbuhkan sifat-sifat terpuji dan akhlak yang mulia dalam diri anak-anak. Hendaklah orang tua berusaha bersungguh-sungguh mendidik anak-anaknya dengan ketakwaan, kelemahlembutan, kejujuran, sifat amanah, menjaga diri dari segala yang haram, kesabaran, berbuat baik, menyambung silaturahim, jihad dan ilmu.
·           Menjauhkan mereka dari akhlak yang rendah dan menanamkan rasa benci dalam diri mereka atasnya. 

makalah tentang tujuan pendidikan Islam



makalah tentang tujuan pendidikan Islam
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang di berikan kepada anak. Istilah ini kemudian terjemahkan kedalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang di jalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak–anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Didalam islam ada dua istilah di pakai untuk pendidikan yaitu tarbiyah dan “ta’dib”. Kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Menurut Naquib al-Atas, tarbiyah secara semantic tidak khusus di tunjukan untuk pendidik manusia, tetapi dapat di pakai kepada spesies lain, seperti mineral, tanaman, dan hewan. Selain itu “tarbiyah” berkonotasi material; ia mengandung arti mengasuh, menaggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah bertumbuhan, membesarkan memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakannya.



B.     Rumusan Masalah
Ø  Apakah tujuan pendidikan islam ?
Ø  Apakah tujuan pendidikan di Indonesia?
Ø  Sebutkan macam-macam tujuan pendidikan islam ?

C.    Tujuan
Kami sebagai pemakalah bertjuan agar dalam pembuatan materi bisa menambah wawasan kita sebagai seorang mahasiswa terutama dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, dan khususnya materi yang kami bahas ini dengan judul tujuan pendidikan islam.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin di capai dengan pendidikan.  Masalahnya adalah, manusia yang bagaimanakah yang ingin dibentuk melalui pendidikan. Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Al-Qur’an. Seperti yang dikatakan  Muhammad Fadhil Al-Jamali, tujuan pendidikan Islam menurt Al-Qur’an meliputi :
1)      Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini.
2)      Menjelaskannya hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
3)      Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
4)      Menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwah tujuan pendidikan Islam mempunyai dua  tujuan, yaitu:
Ø  Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hal-hak Allah yang di wajibkan ke atasnya.
Ø  Tujuan ilmia yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang di ungkapkan oleh pendidikan moderen dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.
Selanjutnya Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utma ialah beribada dan Taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya adalah kebahagiaan dunia akhirat.
Selain dari pandangan yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dan Ibnu khaldun tentang tujuan pendidikan Islam, terdapat para cendekiawan Islam dan ahli-ahli pendidikan Islam yang lain membuat rumusan mereka masing-masing tentang tujuan pendidikan Islam di antaranya:
Ø  Prof. saleh abdul aziz dan dr, Abdul Aziz Abdul Najid mengatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan keridhaan u
Ø  Allah dan mengusahakan penghidupan.
Ø  Menurut Mustafa Amin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat.
Kalau kita memperhatikan rumusan tujuan yang telah digariskan oleh para ahli pendidik Islam tersebut maupun yang tertera pada Al-Qur’an dan Hadist nyatalah bahwa tujuan pendidikan Islam tersebut bukanlah sekedar mencari kesenangan di duniawi atau materi semata, akan tetapi menyangkut masalah keduniawiaan dan keukrawiaan secara berimbang. Sikap seorang muslim terhadap kehidupan dunawi muslim terhadap kehidupan duniawi dijelaskan oleh Al- Nadwi: mengenai sikapnya terhadap kehidupan duniawi adalah sikap dari seorang yang memandang bukan tujuan berakhir dan tujuan utama. Puncak kebahagian dan kemajuan, ia menggangapnya hanyalah sebagai tahap penyeberangan yang harus dilalui dan sebagai jalan untuk mencapai keberuntungan terbesar kehidupan abadi serta kenikmatan yang disenanggi.
Hasan Langgulung, menyatakan bahwa kebahagian di dunia berlaku dalam bentuk terhindar dari segala yang mengacau dan mencelakakan hidup seperti penganiayaan, ketidakadilan, bencana, siksaan, huruhara, kezholiman, pemerasan dan segala macam penyakit dan bahaya. Kebahagian jenis ini diberikan kepada manusia yang beriman dan beramal sholeh. Sedangkan kebahagiaan akhirat berlaku dalam bentuk terhindar dari siksaan, baik di dalam kubur atau di akhirat sebelum sesudah menjalani pengadilan untuk masuk surga atau neraka. Dua akan dicapai oleh pendidikan Islam mengandung implikasi abadi dan positif. Abadi karena tujuan akhir tersebut menembus dimensi ruang dan waktu, yaitu keselamatan di dua tempat dalam bentuk kesejahtraan yang universal tak terbatas universal oleh ruang lingkup geografis maupun isme-isme tertentu. Sedangkan positif karena tujuan yang akan dicapai itu senantiasa membimbing perkembangan potensi bawaan manusia sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah ciptaan Tuhan. Tujuan yang akan dicapai oleh tujuan pendidikan hasil rancangan di dalam suatu Negara. Kekurangan dari tujuan  yang dilandasi oleh falsafah pendidikan yang demikian itu menurut langgulung mengarah kepada tujuan kebendaan seperti yang terdapat  didalam tujuan pendidikan di Negara kapitalis dan komunis.
B.     Tujuan Pendidikan di Indonesia
Adapun tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam UU NO 20 Bab II Pasal 3 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di dalam GBHN tahun 1988 tujuan pendidikan dinyatakan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berdasarkan pancasilah, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman  dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertangung jawab, mandiri cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Apabila analisa secara mendalam sebenarnya tujuan umum pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Nasional di Indonesia pada hakekatnya tidak bertentangan bahkan mempunyai titik persamaan, apabila pendidikan Nasional diletakkan secara proporsional dalam rangka pendidikan Nasional, maka pendidikan Islam dapat menciptakan insan yang beriman dan bertaqwa seperti yang dirumuskan didalam GBHN, dan sekaligus berarti mendidik insan pancasila dan insan yang beragama.
Pendidikan memiliki berbagai tujuan serius serta tanggung jawab sosial yang besar. Para pakar telah mencurahkan berbagai upaya besar untuk menunjukkan tujuan-tujuan serta tanggung jawab semacam itu. Namun mereka memiliki berbagai sudut pandang yang berbeda-beda menyangkut pendefinisian tanggung jawab itu.

C.    Macam-Macam Tujuan Pendidikan Islam
Pandangan “objective oriented” (berorientasi pada tujuan) mengajarkan ilmu atau kecapakan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga merealisir atau mencapai tujuan pendidikan. Tujuan merupakan sasaran yang hendak di capai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segalah aktivitas yang dilakukan.
Fadlil Al-Jamaly merumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih rinci, sebagai berikut:
Ø Mengenalakan manusia akan peranannya diantaranya sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini.
Ø Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
Ø Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.
Ø Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepadanya (Al-Jamali, 1986:3).


Menurut Syaibany ada tiga macam tahap tujuan pendidikan yaitu:
Ø  Tujuan tertinggi atau terakhir yaitu tujuan yang tidak di atasi oleh tujuan lain, sekalipun bertingkat-tingkat, dibawahnya tujuan lain yang kurang dekat dan kurang umum daripadanya.
Ø  Tujuan ‘am atau umum, yaitu perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan untuk mencapainya.
Ø  Tujuan khas atau khusus yaitu perubahan-perubahan yang diinginkan yang bersifat cabang atau bagian-bagian yang termasuk di bawah tiap-tiap tujuan pendidikan ‘am dan utama.
Empat tujuan tersebut meskipun saling berkaitan  namun dapat dimengerti bahwa tiga tujuan pertama adalah merupakan secara untuk mencapai tujuan terakhir, yakni ma’rifatullah dan bertaqwa kepada-Nya, sedangkan ma’rifat (mengetahui) diri, masyarakat dan aturan alami tiada lain hanyalah merupakan sarana yang mengantarkan kita ke ma’rifatullah, Tuhan pencipta semesta alam. Oleh sebab itu pendidikan Islam akan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah dan memperoleh keridlaan-Nya dengan menjalankan segalah perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tujuan pertama terlalu umum, tujuan ini merupakan cita-cita dan tujuan akhir, barangkali tidak akan kunjung tercapai. Akan tetapai tujuan tersebut harus dijadikan pedoman bagi seluruh tingkat pendidikan. Tujuan ketiga terlalu terinci, yang hanya dibicarakan dalam setiap lembaga pendidikan. Dalam pembahasan mengenai tujuan ini lebih difokuskan pada tujuan umum.
Tujuan umum pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenaranya oleh penyusun tujuan tersebut. Didalam merumuskan tujuan itu pandangan hidup itulah sebagai dasarnya. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah berpangkal kepala falsafah dan pandangan hidup yang berdasarkan agama. Hal ini disebabkan oleh realitas bahwa pendidikan adalah merupakan hasil filsafat hidup suatu bangsa. Para filosof mengunakan sarana pendidikan sebagai alat untuk menyebarkan dan seterusnya mencapai cita-cita filosofis mereka. Oleh karena itu, fungsi pendidikan ialah menyebarkan aliran filsafat tertentu dan mengajarkanya kepada manusia.
Perbedaan tujuan pada beberapa bangsa/Negara dan para filosof dapat dilihat sebagai berikut:
1)      Umum
Tujuan pendidikan di Sparta adalah mempersiapkan laki-laki yang kuat jasmaninya dalam peperangan dan fasih pembicaraannya di majelis-majelis.
2)      Umum Ukrawi
Tujuan pendidikan di Athena adalah mempersiapkan individu-individu supaya menjadi individu yang utuh (the exelence man as a man). Maksunya ialah supaya seseorang itu mampu berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya serta seimbang pula antara kekuatan jasmani dan rohaninya, serta baik akhlaknya baik perkataan maupun berbuatannya.
3)   Umum  
Tujuan pendidikan di jepang adalah menghasilkan pegawai-pegawai yang ikhlas dan setia kepada pekerjaan, dan mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kepentingan kerajaan.
Para filosof juga mempunyai rumusan yang berbeda tentang tujuan pendidikan.
Ø  Aristoteles
Bahwa tujuan pendidikan ialah mempersiapkan akal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sebagaimana bumi disiapkan untuk tumbuh-tumbuhan dan tanaman.
Ø  Imanuel kant
Tujuan pendidikan ialah untuk mengangkat manusia kepada kesempurnaan yang mungkin dicapai.
Dari contoh-contoh rumusan tujuan pendidikan dibeberapa Negara, maupun para filosof, menunjukan bahwa tujuan pendidikan di sebuah negara, berbeda dengan tujuan pendidikan di sebuah negara lain. Hal ini sudah barang tentu di sebabkan oleh faktor dasar pendidikan yang bersumberkan kepada filsafat hidup bangsa itu yang berbeda-beda. pada dasarnya pandangan filosofis juga para filosof telah berbeda-beda rumusan mereka tentang tujuan pendidikan disebabkan berbedanya pandangan hidup para filosof tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin di capai dengan pendidikan.  Masalahnya adalah, manusia yang bagaimanakah yang ingin dibentuk melalui pendidikan. Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Al-Qur’an. Seperti yang dikatakan  Muhammad Fadhil Al-Jamali, tujuan pendidikan Islam menurt Al-Qur’an meliputi:
1). Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini.
2). Menjelaskannya hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
3). Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
4). Menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwah tujuan pendidikan Islam mempunyai dua  tujuan, yaitu:
Ø  Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hal-hak Allah yang di wajibkan ke atasnya.
Ø  Tujuan ilmia yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang di ungkapkan oleh pendidikan moderen dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.

DAFTAR PUSTAKA


Abd. Halim Soebahar, MA, Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2002.


Arifin, H.M, Kapita Selekta Pendidikan,Jakarta:Bumi Aksara,1995.


Arief Rachman, seni mendidik islam ( Jakarta:Pustaka Zahra),2000.

 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Muliah),1994.






makalah tentang tujuan pendidikan Islam
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang di berikan kepada anak. Istilah ini kemudian terjemahkan kedalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang di jalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak–anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan.
Didalam islam ada dua istilah di pakai untuk pendidikan yaitu tarbiyah dan “ta’dib”. Kedua istilah ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Menurut Naquib al-Atas, tarbiyah secara semantic tidak khusus di tunjukan untuk pendidik manusia, tetapi dapat di pakai kepada spesies lain, seperti mineral, tanaman, dan hewan. Selain itu “tarbiyah” berkonotasi material; ia mengandung arti mengasuh, menaggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, menjadikan bertambah bertumbuhan, membesarkan memproduksi hasil-hasil yang sudah matang dan menjinakannya.



B.     Rumusan Masalah
Ø  Apakah tujuan pendidikan islam ?
Ø  Apakah tujuan pendidikan di Indonesia?
Ø  Sebutkan macam-macam tujuan pendidikan islam ?

C.    Tujuan
Kami sebagai pemakalah bertjuan agar dalam pembuatan materi bisa menambah wawasan kita sebagai seorang mahasiswa terutama dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam, dan khususnya materi yang kami bahas ini dengan judul tujuan pendidikan islam.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin di capai dengan pendidikan.  Masalahnya adalah, manusia yang bagaimanakah yang ingin dibentuk melalui pendidikan. Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Al-Qur’an. Seperti yang dikatakan  Muhammad Fadhil Al-Jamali, tujuan pendidikan Islam menurt Al-Qur’an meliputi :
1)      Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini.
2)      Menjelaskannya hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
3)      Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
4)      Menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwah tujuan pendidikan Islam mempunyai dua  tujuan, yaitu:
Ø  Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hal-hak Allah yang di wajibkan ke atasnya.
Ø  Tujuan ilmia yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang di ungkapkan oleh pendidikan moderen dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.
Selanjutnya Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utma ialah beribada dan Taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya adalah kebahagiaan dunia akhirat.
Selain dari pandangan yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dan Ibnu khaldun tentang tujuan pendidikan Islam, terdapat para cendekiawan Islam dan ahli-ahli pendidikan Islam yang lain membuat rumusan mereka masing-masing tentang tujuan pendidikan Islam di antaranya:
Ø  Prof. saleh abdul aziz dan dr, Abdul Aziz Abdul Najid mengatakan, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan keridhaan u
Ø  Allah dan mengusahakan penghidupan.
Ø  Menurut Mustafa Amin bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan seseorang bagi amalan dunia dan akhirat.
Kalau kita memperhatikan rumusan tujuan yang telah digariskan oleh para ahli pendidik Islam tersebut maupun yang tertera pada Al-Qur’an dan Hadist nyatalah bahwa tujuan pendidikan Islam tersebut bukanlah sekedar mencari kesenangan di duniawi atau materi semata, akan tetapi menyangkut masalah keduniawiaan dan keukrawiaan secara berimbang. Sikap seorang muslim terhadap kehidupan dunawi muslim terhadap kehidupan duniawi dijelaskan oleh Al- Nadwi: mengenai sikapnya terhadap kehidupan duniawi adalah sikap dari seorang yang memandang bukan tujuan berakhir dan tujuan utama. Puncak kebahagian dan kemajuan, ia menggangapnya hanyalah sebagai tahap penyeberangan yang harus dilalui dan sebagai jalan untuk mencapai keberuntungan terbesar kehidupan abadi serta kenikmatan yang disenanggi.
Hasan Langgulung, menyatakan bahwa kebahagian di dunia berlaku dalam bentuk terhindar dari segala yang mengacau dan mencelakakan hidup seperti penganiayaan, ketidakadilan, bencana, siksaan, huruhara, kezholiman, pemerasan dan segala macam penyakit dan bahaya. Kebahagian jenis ini diberikan kepada manusia yang beriman dan beramal sholeh. Sedangkan kebahagiaan akhirat berlaku dalam bentuk terhindar dari siksaan, baik di dalam kubur atau di akhirat sebelum sesudah menjalani pengadilan untuk masuk surga atau neraka. Dua akan dicapai oleh pendidikan Islam mengandung implikasi abadi dan positif. Abadi karena tujuan akhir tersebut menembus dimensi ruang dan waktu, yaitu keselamatan di dua tempat dalam bentuk kesejahtraan yang universal tak terbatas universal oleh ruang lingkup geografis maupun isme-isme tertentu. Sedangkan positif karena tujuan yang akan dicapai itu senantiasa membimbing perkembangan potensi bawaan manusia sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah ciptaan Tuhan. Tujuan yang akan dicapai oleh tujuan pendidikan hasil rancangan di dalam suatu Negara. Kekurangan dari tujuan  yang dilandasi oleh falsafah pendidikan yang demikian itu menurut langgulung mengarah kepada tujuan kebendaan seperti yang terdapat  didalam tujuan pendidikan di Negara kapitalis dan komunis.
B.     Tujuan Pendidikan di Indonesia
Adapun tujuan pendidikan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam UU NO 20 Bab II Pasal 3 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di dalam GBHN tahun 1988 tujuan pendidikan dinyatakan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berdasarkan pancasilah, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman  dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertangung jawab, mandiri cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Apabila analisa secara mendalam sebenarnya tujuan umum pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Nasional di Indonesia pada hakekatnya tidak bertentangan bahkan mempunyai titik persamaan, apabila pendidikan Nasional diletakkan secara proporsional dalam rangka pendidikan Nasional, maka pendidikan Islam dapat menciptakan insan yang beriman dan bertaqwa seperti yang dirumuskan didalam GBHN, dan sekaligus berarti mendidik insan pancasila dan insan yang beragama.
Pendidikan memiliki berbagai tujuan serius serta tanggung jawab sosial yang besar. Para pakar telah mencurahkan berbagai upaya besar untuk menunjukkan tujuan-tujuan serta tanggung jawab semacam itu. Namun mereka memiliki berbagai sudut pandang yang berbeda-beda menyangkut pendefinisian tanggung jawab itu.

C.    Macam-Macam Tujuan Pendidikan Islam
Pandangan “objective oriented” (berorientasi pada tujuan) mengajarkan ilmu atau kecapakan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga merealisir atau mencapai tujuan pendidikan. Tujuan merupakan sasaran yang hendak di capai dan sekaligus merupakan pedoman yang memberi arah bagi segalah aktivitas yang dilakukan.
Fadlil Al-Jamaly merumuskan tujuan pendidikan Islam yang lebih rinci, sebagai berikut:
Ø Mengenalakan manusia akan peranannya diantaranya sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini.
Ø Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
Ø Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.
Ø Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepadanya (Al-Jamali, 1986:3).


Menurut Syaibany ada tiga macam tahap tujuan pendidikan yaitu:
Ø  Tujuan tertinggi atau terakhir yaitu tujuan yang tidak di atasi oleh tujuan lain, sekalipun bertingkat-tingkat, dibawahnya tujuan lain yang kurang dekat dan kurang umum daripadanya.
Ø  Tujuan ‘am atau umum, yaitu perubahan-perubahan yang dikehendaki yang diusahakan untuk mencapainya.
Ø  Tujuan khas atau khusus yaitu perubahan-perubahan yang diinginkan yang bersifat cabang atau bagian-bagian yang termasuk di bawah tiap-tiap tujuan pendidikan ‘am dan utama.
Empat tujuan tersebut meskipun saling berkaitan  namun dapat dimengerti bahwa tiga tujuan pertama adalah merupakan secara untuk mencapai tujuan terakhir, yakni ma’rifatullah dan bertaqwa kepada-Nya, sedangkan ma’rifat (mengetahui) diri, masyarakat dan aturan alami tiada lain hanyalah merupakan sarana yang mengantarkan kita ke ma’rifatullah, Tuhan pencipta semesta alam. Oleh sebab itu pendidikan Islam akan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah dan memperoleh keridlaan-Nya dengan menjalankan segalah perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tujuan pertama terlalu umum, tujuan ini merupakan cita-cita dan tujuan akhir, barangkali tidak akan kunjung tercapai. Akan tetapai tujuan tersebut harus dijadikan pedoman bagi seluruh tingkat pendidikan. Tujuan ketiga terlalu terinci, yang hanya dibicarakan dalam setiap lembaga pendidikan. Dalam pembahasan mengenai tujuan ini lebih difokuskan pada tujuan umum.
Tujuan umum pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang diyakini kebenaranya oleh penyusun tujuan tersebut. Didalam merumuskan tujuan itu pandangan hidup itulah sebagai dasarnya. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah berpangkal kepala falsafah dan pandangan hidup yang berdasarkan agama. Hal ini disebabkan oleh realitas bahwa pendidikan adalah merupakan hasil filsafat hidup suatu bangsa. Para filosof mengunakan sarana pendidikan sebagai alat untuk menyebarkan dan seterusnya mencapai cita-cita filosofis mereka. Oleh karena itu, fungsi pendidikan ialah menyebarkan aliran filsafat tertentu dan mengajarkanya kepada manusia.
Perbedaan tujuan pada beberapa bangsa/Negara dan para filosof dapat dilihat sebagai berikut:
1)      Umum
Tujuan pendidikan di Sparta adalah mempersiapkan laki-laki yang kuat jasmaninya dalam peperangan dan fasih pembicaraannya di majelis-majelis.
2)      Umum Ukrawi
Tujuan pendidikan di Athena adalah mempersiapkan individu-individu supaya menjadi individu yang utuh (the exelence man as a man). Maksunya ialah supaya seseorang itu mampu berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya serta seimbang pula antara kekuatan jasmani dan rohaninya, serta baik akhlaknya baik perkataan maupun berbuatannya.
3)   Umum  
Tujuan pendidikan di jepang adalah menghasilkan pegawai-pegawai yang ikhlas dan setia kepada pekerjaan, dan mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kepentingan kerajaan.
Para filosof juga mempunyai rumusan yang berbeda tentang tujuan pendidikan.
Ø  Aristoteles
Bahwa tujuan pendidikan ialah mempersiapkan akal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sebagaimana bumi disiapkan untuk tumbuh-tumbuhan dan tanaman.
Ø  Imanuel kant
Tujuan pendidikan ialah untuk mengangkat manusia kepada kesempurnaan yang mungkin dicapai.
Dari contoh-contoh rumusan tujuan pendidikan dibeberapa Negara, maupun para filosof, menunjukan bahwa tujuan pendidikan di sebuah negara, berbeda dengan tujuan pendidikan di sebuah negara lain. Hal ini sudah barang tentu di sebabkan oleh faktor dasar pendidikan yang bersumberkan kepada filsafat hidup bangsa itu yang berbeda-beda. pada dasarnya pandangan filosofis juga para filosof telah berbeda-beda rumusan mereka tentang tujuan pendidikan disebabkan berbedanya pandangan hidup para filosof tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Tujuan pendidikan berarti apa yang ingin di capai dengan pendidikan.  Masalahnya adalah, manusia yang bagaimanakah yang ingin dibentuk melalui pendidikan. Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan yang tersendiri sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang digariskan Al-Qur’an. Seperti yang dikatakan  Muhammad Fadhil Al-Jamali, tujuan pendidikan Islam menurt Al-Qur’an meliputi:
1). Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini.
2). Menjelaskannya hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
3). Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
4). Menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwah tujuan pendidikan Islam mempunyai dua  tujuan, yaitu:
Ø  Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hal-hak Allah yang di wajibkan ke atasnya.
Ø  Tujuan ilmia yang bersifat keduniaan, yaitu apa yang di ungkapkan oleh pendidikan moderen dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk hidup.

DAFTAR PUSTAKA


Abd. Halim Soebahar, MA, Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam Mulia, 2002.


Arifin, H.M, Kapita Selekta Pendidikan,Jakarta:Bumi Aksara,1995.


Arief Rachman, seni mendidik islam ( Jakarta:Pustaka Zahra),2000.

 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Muliah),1994.




 
2012 lapak imel | Blogger Templates for HostGator Coupon Code Sponsors: WooThemes Coupon Code, Rockable Press Discount Code